Beranda

Kontak

Kontribusi

 

Tahukah Anda...

Titik Nol Jakarta terletak di Menara Syahbandar, sepelemparan batu dari Museum Bahari. Dari Taman Fatahillah, Museum Bahari dapat dicapai dengan ojek sepeda.

 

Kategori Museum

 

  Arkeologi (7)

 

  Benteng (3)

 

  Biologi (9)

 

  Geologi (4)

 

  Lain-lain (8)

 

  Militer (4)

 

  Negeri/Daerah (19)

 

  Pribadi (7)

 

  Sejarah (14)

 

  Seni (7)

 

  Tokoh (14)

 

  Transportasi (3)

   
Publikasi Terkini
 
Pencarian
 

  
Berlangganan Berita
 

  



Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong, Kalimantan Timur

 

Pengantar | Komentar | Galeri Foto


Trinil_museum.jpg

MUSEUM TRINIL, NGAWI
JAWA TIMUR

Begini saja pertanyaan. Bukankah manusia purba Homo erectus berevolusi menjadi Homo sapiens si manusia modern. Kedua, bukankah erectus sudah ada di Jawa sejak dahulu kala banget. Barang sejutaan tahun ada loh. Ketiga, tapi kok dikatakan nenek moyang kita dari Yunnan, sebuah kawasan di Tiongkok sono. Malahan begini menurut Pak Truman, arkeolog prasejarah, 'Manusia pertama yang masuk Indonesia sekitar 60.000 tahun lalu.' Naa..naah! kok bisaaa.

 

Trinil_erectus.jpg

DIORAMA MANUSIA PURBA

Yoh! waktunya sejarah adalah jalan-jalan. Trinil yok. Dimana atuh! Itu loh ndro tempat Eugene Dubois menemukan fosil erectus zamannya tahun 1890an. Emang sepenting apa sih penemuan itu. Balung toktil kok yah ramai. Untuk itu kita kenal dulu siapa sih erectus. Ini kata Richard Leakey, adalah, '...a species intermediate between the first upright-walking hominids and modern man.'

Apa itu artinya. Simple. Indonesia adalah tempat penemuan bukti fisik evolusi manusia. Java Man, fosil erectus asal Trinil malahan adalah bukti pertama adanya tahap perantara yang ditemukan di dunia. Digali dari tepian Bengawan Solo, 1891-1892. Jadi gak cuman salah satu negeri kelahiran teori evolusi yang dikemukakan secara independen oleh Alfred Russel Wallace (sehingga dihormati sebagai co-author bersama Charles Darwin), 1858, saat di Maluku Utara loh.

Lucunya, fosil yang pertama ditemukan ternyata gak langsung nge-hit Dubois. Malahan dikira simpanse *gaak sopan*. Tapi ngeh juga dia akhirnya sehingga si fosil pun dinamai Pithecanthropus erectus. Artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Ernst Mayr, seorang ahli Biologi pada tahun 1950 memasukkan erectus sebagai Homo erectus. Jadi sekarang satu marga dengan manusia modern, Homo sapiens, alias kita-kita. Yeah! Selamat bergabung! Sama-sama punya tulang ekor setidaknya *kok bisa gak punya ekor tapi punya tulangnya*. Mubazirrrrrr hey.

 

Trinil_jalan.jpg

JALAN MENUJU MUSEUM TRINIL

So, dimana Trinil itu. Begini aku capai Trinil dari Ngawi. Naik bus Andy's /andis/ Kencana dari Perapatan Plasa. Lalu melaju di Jalan Raya Ngawi-Solo (bus Surabaya-Yogya malang melintang di rute ini). Ongkos lima ribu. Turun di pertigaan Desa Kawu. Gak khawatir bablas. Bilang saja Trinil yang sudah terkenal. Lagipula papan nama museum segede gajah. Lalu jalan sekitar tiga kilometer menuju: Museum Trinil.

Hari masih pagi waktu aku turun dari bus. Pukul 06.53. Kesemangatan deuw. Cari kopi di warung Mba Emiy, seberang SMA 1. Tak jauh sebatang pohon asam berbuah dengan tabah seperti manusia yang selalu begitu sabar saja. Seorang ibu tua menawarkan botok daun beluntas. Pukul 07.45 jalan lanjut. Kemarau sudah sangat panjang. Toh sawah-sawah mendapatkan air dari sungai tetap ijo-royo. Sepasang elang di angkasa ikut merayakan ada. Dekat Pal Trinil 1 Km, petani memanen tebu. Pohon mundu berbuah dengan kuningnya yang menggoda. Satu yang jatuh aku gondol. Setelah sebuah tikungan kecil, tiba di Pal Trinil 0 Km. Yeah, sampai! Museum Trinil, Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, 26/09/2014, 08.41 AM.

 

Trinil_monumen.jpg

MONUMEN DUBOIS

Tiga yang paling jago dari Trinil adalah lokasi, monumen, dan fosil. Lokasi yakni di belakang museum, ialah tempat ditemukannya fosil erectus berusia sekitar satu juta tahun yang pertama diterima sebagai bukti fisik evolusi manusia. Lokasi yang superkondang di jagat paleoantropologi dengan sebutan Trinil HK (Hauptknochenschicht; haupt utama, knochen tulang, schicht lapisan). Tempat yang pernah dikisahkan Dubois, 'Trinil ist ein kleines Gehoft am Bengawan...' Alias Trinil adalah sebuah ladang kecil di tepi Bengawan. Yeaah! sejarah banget. I love Trinil. Muaach!

Kedua, Monumen Dubois yang dirancang Eugene Dubois, dokter militer dan paleontolog yang mencari the missing link, mata rantai yang hilang di Sumatera dan Jawa selama kurun 1887-1895. Cukup gila memang dia. Meninggalkan karier akademi lalu berlayar ke Hindia Belanda untuk mencari fosil.

Ketiga dari Museum Trinil adalah Java Man, fosil Manusia Purba Jawa dari Trinil yang merupakan salah satu koleksi paleontologi paling terkenal di dunia. Ada dunk di Museum Trinil. Gpp meski replika. Tak urung replika salah satu relik tertua dalam sejarah manusia loh. Asli dibawa Dubois pulang ke Belanda (1895) sekarang dipamerkan di Naturalis Biodiversity Center, Leiden, Belanda.

 

Trinil_atap_tengkorak.jpg

FOSIL ERECTUS

Loh! Fosil erectus ternyata hanya berupa gigi geraham, atap tengkorak, tulang paha. Hebat yah begini-begini tapi bisa memberi banyak sekali informasi tentang manusia purba. Terutama atap tengkorak dan tulang paha dikenal sebagai Trinil 2, Trinil 3 berturut-turut, membuktikan adanya suatu tahap perantara, bukti fisik pertama evolusi manusia. Tulang punya cerita euy.

Tentang adanya erectus di Jawa, Teori Out of Africa mengisahkan manusia purba meninggalkan Afrika 1,5 juta tahun lalu. Mereka mencapai antara lain Indonesia. Sedangkan di Afrika, erectus berevolusi menjadi sapiens yang kemudian mulai mengembara ke sana-sini sekitar 150.000 tahun lalu. Seiring waktu mencapai Asia hingga Australia, Eropa hingga Siberia dan Amerika.

Menurut Pak Truman, sapiens mencapai Indonesia sekitar 60.000 tahun lalu. Apakah kedatangan ini menyebabkan kepunahan erectus. Atau sudah punah sebelumnya. Jared Diamond (Guns, Germs and Steel, 1998) memberi gambaran kepunahan populasi asli akibat pendatang yang superior. Apa pun, pertanyaan tetap sama. Erectus di Jawa kenapa gak gerak ke sapiens. Satu juta tahun gitu-gitu doank *maju cuman sampai Ngandong*. Makanya modar deh ketemu rekan semarga yang unggul dalam urusan senjata, teknologi, dan imunitas tubuh.

 

Trinil_BS.jpg

BENGAWAN SOLO

Akhir kata adalah pertanyaan. Apa aku percaya evolusi. Persisnya aku percaya proses. Apa Tuhan tak bisa bikin manusia dalam proses satu hari atau bahkan proses yang hanya berlangsung satu detik bahkan hanya sepersekian detik sebagaimana kelahiran ruang-waktu. Tapi bukankah ibu manusia mengandung anaknya selama sembilan bulan. Tidakkah karena kehendak Tuhan. Apalagi proses kelahiran spesies manusia, bukankah akan melalui waktu lebih lama lagi galibnya. Tapi 33 juta tahun dari Aegyptopithecus, hingga Australopithecus 4 juta tahun lalu, kemudian Homo erectus 1,7 juta tahun sebelum akhirnya Homo sapiens, apakah adalah panjang waktu yang masuk akal.

Pertama, sering dikatakan Tuhan mahasabar. Lalu dimana saja Dia meletakkan bukti sifat-sifat yang juga menandai Ada-Nya. Kedua, dibandingkan jagat raya yang milyaran tahun, waktu jutaan tahun kok sepertinya gak gimana-gimana. Ketiga, jika pilihannya adalah Tuhan Ilmuwan Besar dan habis terbanting segala Newton, Darwin, Einstein, Hawking, atau tukang sulap yang mengeluarkan kelinci dari topi. Berasumsi jika pilihannya hanya dua *suatu keterbatasan dari manusia sendiri gak*.

Jujur, aku tidak terganggu percaya atau hal yang beda. Ragam itu alam. Beda warna bikin pelangi. Buta warna lihatnya hitam-putih. Ego manusia yang bikin segala-yang-gue yang benar, mutlak. Lagipula hidup di hari ini lebih penting dari persoalan silam. Daripada segala yang kita percaya, hidup dalam kebaikan akan selalu lebih menandai kemanusiaan kita dan mendekatkan kalbu kepada-Nya.

 

 

 

Tanggal Terbit: 11-01-2015

 

 
  Copyright © 2009-2020 Museum Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.