Beranda

Kontak

Kontribusi

 

Tahukah Anda...

Mainan anak dapat terbuat dari bambu, pelepah pisang, tempurung kelapa, pelepah daun singkong, kayu, dll. Sumber: Museum Etnobotani Indonesia, Bogor

 

Kategori Museum

 

  Arkeologi (7)

 

  Benteng (3)

 

  Biologi (9)

 

  Geologi (4)

 

  Lain-lain (8)

 

  Militer (4)

 

  Negeri/Daerah (19)

 

  Pribadi (7)

 

  Sejarah (14)

 

  Seni (7)

 

  Tokoh (14)

 

  Transportasi (3)

   
Publikasi Terkini
 
Pencarian
 

  
Berlangganan Berita
 

  



Aksara Lontarak, Museum La Galigo, Sulawesi Selatan

 

Pengantar | Komentar | Galeri Foto


msn_gajahmada.jpg

 

GAJAHMADA DI PELATARAN CAWAN
TUGU NASIONAL


Dasar dan Tujuan Pembangunan Monumen Naisonal

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki wilayah dari Sabang sampai dengan Merauke, diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hasil perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia dari penjajahan selama lebih kurang 350 tahun.

 

Untuk mengenang dan melestarikan kebesaran perjuangan bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi Kemerdekaan Rakyat Indonesia 17 Agustus 1945 dan untuk membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme bagi generasi sekarang dan generasi masa mendatang, maka dibangunlah suatu tugu peringatan yang kemudian dikenal sebagai Tugu Monumen Nasional (Monas).

 

Pembangunan Tugu Monumen Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 214 Tahun 1959 tanggal 30 Agustus 1959 tentang Pembentukan Panitia Monumen Nasional yang diketuai oleh Kolonel Umar Wirahadikusumah, Komandan KMKB Jakarta Raya.

 

Pembangunan Tugu Monumen Nasional baru terwujud ketika Republik Indonesia genap berusia dua windu atas dasar gagasan Presiden Republik Indonesia Pertama Ir.Soekarno, dan pemancangan tiang pertama sebagai awal pembangunan Tugu Monumen Nasional dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1961.

 

Rancang bangun Tugu Monumen Nasional dibuat oleh arsitek terkenal Indonesia yaitu Soedarsono dan penasehat konstruksi adalah Prof.Dr.Ir.Roosseno.

 

Pembangunan Tugu Monumen Nasional dibiayai sebagian besar dari sumbangan masyarakat Indonesia secara gotong-royong dan mulai dibuka untuk umum pada tanggal 18 Maret 1972 berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor Cb.11/1/57/72.


Ciri Khas Tugu Monumen Nasional
Arsitektur Tugu Monumen Nasional dan dimensinya penuh mengandung lambang khas budaya bangsa Indonesia. Bentuk tugu yang menjulang tinggi melambangkan lingga (alu/antan), sedangkan pelataran cawan melambangkan yoni (lumpang). Alu dan lumpang merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah pribumi Indonesia. (Note: mengapa dianggap perlu pencantuman kata 'pribumi')

 

Lingga dan yoni melambangkan positif dan negatif, seperti lelaki dan perempuan, siang dan malam, air dan api, langit dan bumi sebagai lambang dari alam yang abadi.

 

Di pelataran puncak tugu, api nan tak kunjung padam, melambangkan tekad bangsa Indonesia untuk berjuang yang tidak akan pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan 17 meter dan tinggi ruang Museum Sejarah 8 meter, luas pelataran cawan yang berbentuk bujur sangkar berukuran 45 meter X 45 meter merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI 17-8-1945.

 

Bagian-bagian Utama Tugu Monumen Nasional
Ruang Museum Sejarah

Ruang Museum Sejarah terletak 3 meter di bawah permukaan halaman Tugu Monumen Nasional dengan ukuran luas 80X80 meter persegi. Dinding, tiang, dan lantai secara keseluruhan berlapiskan marmer.

Di ruang Museum Sejarah terdapat 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan peristiwa sejarah sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia, hingga masa pembangunan Orde Baru.

 

Ruang Kemerdekaan
Ruang Kemerdekaan berbentuk amfiteater yang terletak di dalam Cawan Tugu Monumen Nasional. Di dalamnya terdapat empat atribut kemerdekaan Republik Indonesia; Peta Kepulauan Negara Republik Indonesia, Bendera Sang Saka Merah Putih, Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika, dan Pintu Gapura yang berisi Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. (Note: Bendera Sang Saka Merah Putih disimpan di Istana Merdeka, yaitu istana yang menghadap Monas)

 

Pelataran Puncak
Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman Tugu Monumen Nasional. Dengan elevator tunggal berkapasitas maksimum 11 orang pengunjung dapat mencapai Pelataran Puncak yang luasnya 11X11 meter persegi, dan dapat menampung sebanyak 50 orang. Di pelataran ini, pengunjung dapat menikmat pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Di sekeliling rangka elevator di dalam badan Tugu, terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi.

 

Lidah Api Kemerdekaan
Lidah Api di Pelataran Puncak dibuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh permukaan Lidah Api berlapis emas (gold leaf) seberat lebih kurang 50 kg. Ketinggian dari halaman Tugu Monumen Nasional sampai dengan puncak Lidah Api adalah 132 meter.

 

Sumber: Brosur 'Monumen Nasional' (Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Monumen Nasional)

 

 

Alamat:
MONUMEN NASIONAL (MONAS)
Jalan Silang Monas
Jakarta

Telp. 021-344 7733, 351 4333, 384 2777
Fax. 021-344 7733


Jam Kunjungan:
Senin-Minggu 08.30-17.00
Libur buka

 

Tiket:
Dewasa Rp 2.500,00 (Pelataran Cawan), Rp 7.500,00 (Pelataran Puncak)
Mahasiswa/Anak-anak Rp 1.000,00 (Pelataran Cawan), Rp 3.500,00 (Pelataran Puncak)

 


 

 

 

 
  Copyright © 2009-2020 Museum Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.