Beranda

Kontak

Kontribusi

 

Tahukah Anda...

Di dalam kompleks Museum Pusaka Nias (Gunungsitoli, Nias) terdapat kolam renang air laut dan kebun binatang mini.

 

Kategori Museum

 

  Arkeologi (7)

 

  Benteng (3)

 

  Biologi (9)

 

  Geologi (4)

 

  Lain-lain (8)

 

  Militer (4)

 

  Negeri/Daerah (19)

 

  Pribadi (7)

 

  Sejarah (14)

 

  Seni (7)

 

  Tokoh (14)

 

  Transportasi (3)

   
Publikasi Terkini
 
Pencarian
 

  
Berlangganan Berita
 

  



Museum Ronggowarsito, Semarang

 

Pengantar | Komentar | Galeri Foto


MUSEUM YANG MEMANJAKAN PENGUNJUNG

 

geo_t_rex.jpg

REPLIKA FOSIL T-REX

 

And you’re the perfect thing to say...secuplik Everything Michael Buble untuk melukiskan Museum Geologi Bandung yang berlatar Gunung Tangkuban Perahu. Karena aku memang suka mempromosikan museum di dekat Gedung Sate ini. Mungkin karena di sini ada T-rex ya. Bipedal seperti manusia, padahal anggota reptilia loh. Jangan-jangan jika dinosaurus tak punah, si T-rex yang akan berevolusi jadi manusia. Ukh..ukhh...imajinasi..imajinasi :))

T-rex memiliki nama lengkap Tyrannosaurus rex, terdiri dari komponen tyrannos, sauros, rex. Berturut-turut artinya tiran, kadal, raja. Nama ini diberikan oleh H.F.Osborn, ahli geologi dan paleontologi Amerika untuk menunjukkan perawakan T-rex yang besar dan berat, serta dominasi T-rex dibandingkan spesies lainnya. Woww...tak terbayang di tengah-tengah kita T-rex adalah spesies dominan. Balik deh manusia tinggal di gua, lebih aman.

Benar-benar diperhatikan memang jadi terasa jika T-rex adalah makhluk yang juga sudah sempurna dengan sendirinya. Coba simak kepala dan badan T-rex yang kokoh tapi toh ‘tertandingi’ oleh ekor yang panjang. Makanya depan dan belakang jadi tampak seimbang kan. Tanpa ekor yang powerful, T-rex mungkin akan mudah terjerembap ke depan. Gitu sih rasaku :)

 

geo_jatipengilon.jpg

METEORIT JATIPENGILON

Koleksi unggulan lainnya: Meteorit Jatipengilon, jatuh di Jatipengilon, Madiun, Jawa Timur. Asli lebih besar dari gabungan dua butir kelapa.

Terharu bertemu meteorit..hehe. Coba aku angkat hendak mengetahui seberat apa sih **perilaku jelek**, sambil tingak-tinguk, was-was apa boleh dipegang. Setelah itu baru sadar bisa-bisa dikira mau malingi meteorit..hahahaa... Lha bayangkan, benda ini original dari negeri di atas awan putih. Asli dari luar angkasa. Kapannya kita bisa ke negeri mereka. Barangkali adalah mimpi di atas mimpi. Tapi meteorit ini bisa ada di depan mata. Asli bukan mimpi. Jadi bagaimana mungkin tak tertarik untuk menggodanya (bukan menggondolnya loh :)

Dalam Catalogue of Meteorites, kita bisa menemukan keterangan tentang Djati-Pengilon Meteorite. Jatuh di Sungai Alas Tua, dekat Jatipengilon, pada tanggal 19 Maret 1884, pukul 16.30. Berat meteorit saat jatuh 166 kilogram. Edan! Bayangkan meteorit seberat itu jatuh menghunjam pemukiman, dengan kecepatan tinggi lagi.

Koleksi meteorit Jatipengilon milik Museum Geologi sekarang beratnya 156 kilogram (pantas si meteorit ketika hendak aku angkat geser saja tidak, hampir tiga kali berat badanku hee). Beberapa bagian Meteorit Jatipengilon tersebar di museum-museum sejarah alam seperti Museum national d'Histoire naturelle, Paris (727g), Museum for Naturkunde, Berlin (480g), National Museum of Natural History, Washington (508g), dll. Maupun universitas dan badan survei/riset seperti Harvard University (256g), Max Planck Institute, Mainz, Jerman (28g), Geological Survey of India (69g), dll.

Meteorit tiba di Bumi setelah meluncur dari negerinya di antara Mars dan Yupiter yang terkenal dengan nama sabuk asteroid. Begini ceritanya. Asteroid yang tertarik gravitasi Bumi pada saat memasuki atmosfir akan terlihat sebagai meteor. Jika meteor tidak terbakar habis ketika bergesekan dengan atmosfir maka akan jatuh ke Bumi sebagai meteorit. Tapi memang benar kan Little Prince datang ke Bumi dengan menumpang meteor, dari negerinya di Asteroid B 612.

‘Where you come from,’ said the little prince, ‘people grow five thousand roses in one garden – and still they do not find what they are looking for.'
‘No, they do not find it,’ I replied.
‘Yet what they are looking for could be found in a single rose, or in a handful of water.’
‘That is true,’ I replied.
And he added: ‘But the eyes are blind. One must look with the heart.’

Di atas adalah nukilan favoritku dalam The Little Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Setangkai mawar, bukankah sudah cukup untuk katakan indah. Segelas air putih, bukankah cukup untuk legakan haus. Iya, aku memang sudah jatuh cinta kepada The Little Prince sejak halaman pertama. Tapi siapa yang tidak hayoo...

 

geo_trilobit.jpg

FOSIL TRILOBIT

Banyak yang aku sukai dari Museum Geologi. Selain T-rex, fosil kayu, meteorit, dan lain-lain seperti trilobit, makhluk yang pernah melimpah ruah di laut tetapi mati semua semua dalam kepunuhan massal yang terjadi 250 juta tahun lalu.

Suasana di ruang pameran seperti Sejarah Kehidupan sangat menyenangkan. Pengunjung bisa bersantai di kursi yang disediakan. Rasanya jadi seperti sedang berpiknik di sebuah taman geologi saja, dengan udara silir (AC) dan cahaya yang serba pas. Peaceful di tengah-tengah T-rex, gajah purba, badak, kuda nil, kerbau purba, kura-kura raksasa, dan sobat-sobat lainnya. Jarang loh dimanjakan seperti ini di museum :D

 

 

 

Tanggal Terbit: 07-05-2009

 

 
  Copyright © 2009-2020 Museum Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.