Ini kisah yang pernah kudengar tentang seorang laki-laki, Airlangga (990-1049) namanya. Dia anak Raja Udayana dari Bali dan keponakan sekaligus menantu Raja Dharmawangsa Teguh di Jawa Timur. Terkenal dalam sejarah sebagai pendiri Kerajaan Kahuripan yang makmur, membangunnya dari Kerajaan Medang yang hancur oleh pralaya pada tahun 1006 yang menewaskan Dharmawangsa.
Dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan Airlangga kita mengetahui ibukota pernah dipindahkan ke Kahuripan pada 1032 Masehi. Selang beberapa tahun, pindah lagi ke ibukota baru yang dinamai Dahanapura (1042 M) atau Daha yang kelak menjadi ibukota Kerajaan Panjalu atau Kadiri.
Pada masa Daha, Airlangga mengundurkan diri dari tahta (Prasasti Gandhakuti, 1042 M). Menjalani sisa hidupnya sebagai petapa bernama Resi Gentayu, meninggal tujuh tahun kemudian.
Banyak raja pernah ada di Bumi Nusantara. Namun setelah seribu tahun wafatnya, Airlangga masih diingat dan dihormati. Universitas di negeri ini pun dengan bangga menyandang namanya.
RAJA AIRLANGGA DIARCAKAN SEBAGAI WISNU
Kebesarannya, antara lain dilukiskan dalam Diorama Bendungan Waringin Sapta, Abad XI, Museum Sejarah Nasional, 'Setelah Raja Airlangga berhasil menyatukan wilayah kekuasaannya kemakmuran rakyat ditingkatkan. Kali Brantas dibendung...untuk irigasi serta menanggulangi banjir. Rakyat setempat ditunjuk untuk memelihara bendungan dan sebagai imbalan daerah tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak...'
Untuk membangun negara yang kuat, rakyat mesti sejahtera. Untuk itu aliri sawah, jaga rakyat dari bencana air maupun lumpur. Airlangga mewujudkannya dan mewariskan kepada kita sebagai kearifan memimpin negara.
MUSEUM AIRLANGGA, KEDIRI
Sejumlah museum di Indonesia dinamai menurut tokoh sejarah seperti Museum Adityawarman (Sumatera Barat), Museum Airlangga (Jawa Timur), Museum Mpu Tantular (Jawa Timur), Museum Mulawarman (Kalimatan Timur), Museum Sri Baduga (Jawa Barat).
Airlangga, raja besar yang pernah menyatukan Jawa Timur dipilih untuk nama museum di kota Kediri.
Museum Airlangga terletak di Kawasan Wisata Selomangleng, Kediri, yang mencakup Pura Penataran Agung Kilisuci dan Gua Selomangleng. Kawasan ini mudah dicapai dengan angkutan umum dari kota.
Di depan museum berdiri replika arca Airlangga sebagai Dewa Wisnu yang ditemukan di Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Aslinya berada di Pusat Informasi Majapahit, Trowulan, Mojokerto.
HALAMAN MUSEUM YANG RINDANG
Koleksi Museum Airlangga terdiri dari sejumlah patung, baik dewa-dewi Hindu maupun patung primitif. Bahkan tersembul sebuah patung Dewa Bumi dalam kepercayaan China. Patung ini mungkin berasal dari kuburan China di dekat pura.
Dipamerkan pula sejumlah yoni, prasasti, relief dan padmasana, keben atau kemuncak (diletakkan pada puncak atap bangunan suci), arca kepala makara, jaladwara yaitu saluran pembuangan air hujan di candi-candi. Beberapa miniatur rumah berkaitan dengan pemujaan Dewi Sri. Koleksi batu lainnya mencakup jambangan air, gentong, anak timbangan, pipisan dan gandik untuk menumbuk jamu.
GUA SELOMANGLENG
Menonjol diantara koleksi karena ukurannya yang besar adalah sebuah arca yang dilabeli 'Siva'. Rasa-rasa kok ya kenal tapi aku tidak terlalu penasaran. Mungkin karena benakku sedang diduduki oleh Gua Selomangleng.
Gua hanya sepelembaran batu dari museum. Diyakini sebagai tempat pertapaan putri mahkota Sanggramawijaya Tunggadewi yang menolak naik tahta menggantikan Airlangga. Sang putri memilih hidup asketik dengan nama Kilisuci.
Versi lain, Mahamenteri Sanggramawijaya yang kerap disebut dalam prasasti-prasasti yang dikeluarkan Airlangga selama periode 1023-1041 bukan anak melainkan seorang putri dari Dinasti Sailendra yang disunting Airlangga sebagai istrinya.
RELIEF DI CANDI SUROWONO, KEDIRI
Keseluruhan, Museum Airlangga bukan museum yang semarak justru terbanting jika disandingkan dengan kemasyhuran Raja Airlangga. Meski demikian tak dipungkiri dilabeli dengan cukup serius.
Setidaknya mempelajari label museum, kita akan menemukan satu hal yang mungkin selama ini tidak terlalu diperhatikan, yaitu, 'Umumnya relief manusia di candi Jawa Tengah digambarkan naturalitis dengan wajah menghadap ke muka, sedang relief manusia di Jawa Timur digambarkan seperti wayang wajahnya menghadap ke samping. Terdapat pendapat munculnya relief demikian berhubungan dengan munculnya kembali pemujaan masyarakat kepada roh leluhur.'
Ah iya! Mengingat sedemikian dekatnya dengan Gua Selomangleng, tentu kita mengira akan menemukan informasi tentang gua di museum. Juga mengingat mahakarya Arjunawiwaha ditulis pada masa Airlangga maka kita akan berharap menemukan kakawin karya Empu Kanwa tersebut diperkenalkan di museum yang menyandang nama besar sang raja.
GEREJA PUH SARANG, KEDIRI
Kediri, 16 Agustus 2011. Dari Selomangleng perjalanan diteruskan ke Candi Surawana dan Candi Tegawangi di Pare. Biji-biji mahoni bertebaran di halaman candi. Segar-segar rek. Aku kumpulkan sekantong kecil. Pukul setengah dua ketika kutinggalkan candi menuju destinasi terakhir untuk hari ini, Gereja Puh Sarang yang dirancang Henri Maclaine Pont.
Tanggal Terbit: 22-07-2012 |