Beranda

Kontak

Kontribusi

 

Tahukah Anda...

Pieter Bruegel adalah seorang pelukis terkenal di Eropa pada abad ke-16, dia lahir tahun 1525 di Antwerp, Belgia. Dia sangat menyayangi orang biasa dengan segala kesengsaraannya. Tetapi lukisannya juga memperlihatkan kepada kita kesukaannya kepada anak-anak. Dia adalah salah satu dari sedikit pelukis di dunia yang memberi analisa perhatian kepada anak-anak dan permainannya (note: lihat 'Children's Game). Sumber: Museum Mainan Anak Kolong Tangga, Yogyakarta

 

Kategori Museum

 

  Arkeologi (7)

 

  Benteng (3)

 

  Biologi (9)

 

  Geologi (4)

 

  Lain-lain (8)

 

  Militer (4)

 

  Negeri/Daerah (19)

 

  Pribadi (7)

 

  Sejarah (14)

 

  Seni (7)

 

  Tokoh (14)

 

  Transportasi (3)

   
Publikasi Terkini
 
Pencarian
 

  
Berlangganan Berita
 

  



Balai Penyelamatan Mpu Purwa, Malang

 

Pengantar | Komentar | Galeri Foto


mdm_museum.jpg

MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA
YOGYAKARTA

Aku belum pernah ke sana, aku bilang. Dia terbelalak tak percaya bisa-bisanya aku berkata belum pernah ke sana. Seperti aku baru saja mengakui melakukan kejahatan apa.

Cuma di Jalan Janti *pertigaan Janti ke selatan*. Habis lewat rel, di sebelah kiri masuk ke Pangkalan (TNI) AU. Ntar di pos pemeriksaan bilang mau ke museum. Ikut jalan aspal sampai di depan musem *seperti terlihat di foto*. Begitu TC menjelaskan cara mencapai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Jadi begitulah di penghujung November 2010 aku berlenggang menuju museum yang direkomendasikannya dengan semangat. Bagus kok museumnya, katanya menambahkan.

Aku sendiri ketika tiba di depan museum langsung jatuh suka. Halamannya cantik. Banyak pohon-pohon seperti ketapang, trembesi, sawo kecik, cemara. Burung-burung kutilang pun terbang nyaman dimana-mana. Sebuah pertanyaan pun menyembul sendiri. Mengapa sekarang aku baru ke sini. Benar dia ternyata.

 

mdm_4tokoh.jpg

PENERBANG INDONESIA ANGKATAN PERTAMA

 

Memasuki museum pengunjung langsung mendarat di Ruang Utama. Lambang TNI Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa dan empat patung perunggu pasti akan segera menyerobot mata setiap pengunjung. Mereka adalah empat dari 30 penerbang Indonesia angkatan pertama yakni Agustinus Adisutjipto (1916-1947), Abdulrachman Saleh (1909-1947), Abdul Halim Perdanakusuma (1922-1947), dan Iswahjudi (1918-1947). Tokoh-tokoh penerbang ini telah diabadikan sebagai nama bandara di Yogyakarta, Malang, Jakarta, Madiun, berturut-turut.

 

Tokoh TNI AU lain yang namanya kita jumpai sebagai nama bandara adalah Adisumarmo (Solo), Husein Sastranegara (Bandung), Suryadarma (Subang), Syamsuddin Noor (Banjarmasin). Supadio (Pontianak).

Koleksi berupa patung dada, foto, bintang jasa, brevet terbang, pakaian seragam, topi, senjata, dan item personal milik beberapa tokoh di atas dipamerkan di Ruang Koleksi Kasau dan Kotama. Jika Anda sama asingnya denganku terhadap hal-hal dari dunia militer, hasil selancar maya ini semoga membantu. Kasau singkatan dari kepala staf TNI Angkatan Udara, sedangkan kotama komando utama.

Museum mungkin perlu menyajikan label dari sudut pandang pengunjung. Label seperti Daftar Nama Lulusan Pendidikan Sekbang TNI AU meski memberi gambaran tentang para lulusan dari lembaga pendidikan tertentu, tak urung pengunjung akan bertanya-tanya tentang sekbang.

 

mdm_koleksi_pswt.jpg

KOLEKSI PESAWAT

Brosur museum tak kalah memberi pekerjaan rumah. Kita akan menemukan jargon seperti karbol. Duh! Padahal karbol yang aku tahu adalah cairan pembersih lantai dan kamar mandi. Kamus Besar juga mengatakan hal yang sama. Tadinya aku mencoba memeras otak mengurai jika karbol adalah sebuah singkatan.

Akhirnya Wikipedia menyingkapkan jika Pak Karbol adalah nama panggilan Prof. Abdulrachman Saleh. Sekarang digunakan untuk menyebut kadet AAU (Akademi Angkatan Udara) atas usulan Saleh Basarah. Penyebutan ini tentu saja dengan harapan para kadet dapat meneladani spirit dan kualitas seperti Abdulrachman Saleh.

Berikutnya Ruang Koleksi Pesawat. Sejujurnya makan siang yang telat dengan lotek pedas (padahal sudah dipesan tanpa lombok) membuat perutku serasa diterjang tsunami dan saraf-saraf kepala seperti terjepit apa. Jadi sampai di sini aku sudah tidak cukup kuat untuk memburu jika ada F-16 yang terkenal itu. Hanya berusaha untuk berjalan sampai pintu keluar.

 

mdm_lukisan_pswt.jpg

BERBAGAI JENIS PESAWAT TERBANG

Memotret helikopter yang pernah digunakan Bung Karno, replika serpihan Dakota VT-CLA, miniatur pesawat. Begitu saja melewati Ruang Diorama dan Ruang Diorama Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa. Lukisan Berbagai jenis pesawat terbang kekuatan TNI AU sejak tahun 1945 sampai awal dasawarsa delapan puluhan di galeri terakhir sebelum pintu keluar sebenarnya menarik. Hanya sayang jenis pesawatnya tidak dilabeli jadi tidak bisa terlalu berbicara apa-apa kepada pengunjung awam.

Melangkah keluar dari museum, aku berjalan menuju halte transjogja di Janti. Pohon-pohon kiara rindang di Pangkalan TNI AU dan nyamplung sedang berbuah. Menemukan di Pangkalan ini Pura Vaikuntha Vyomantara. Terlepas dari kondisi badan yang gonjang-ganjing, aku senang pernah ke sini.

Tiba di rumah setelah menandaskan secangkir kopi kental, badan pun berangsur waras. Langsung aku ajak keponakanku Ananta (kelas satu) dan Andhita (2,5 tahun) untuk berkunjung ke museum esok harinya. Tapi ternyata Ananta sudah mulai ulangan umum, sedangkan ketika selesai ujian aku sudah cabut dari Yogyakarta.

Bocah-bocah semangat karena aku cerita banyak pesawat dan kita bisa berfoto dengan pakaian penerbang tempur (dengan bayaran Rp 20.000). Setelah melihat brosur museum, Ananta bertanya VT-CLA di belakang nama Dakota maksudnya apa. Hee..apa ya. Anak-anak juga perlu loh melacak sendiri jawaban untuk pertanyaannya, terutama ketika orang dewasa yang ditanya tidak punya ide apa jawabannya.

 

mdm_dakota.jpg

REPLIKA SERPIHAN DAKOTA VT-CLA

Googling dengan kata kunci aircraft registration mengungkapkan Dakota VT-CLA adalah pesawat Douglas C-47 dengan nomor registrasi VT-CLA.

VT menunjukkan negara registrasi yaitu India (prefiks registrasi Indonesia adalah PK). Nomor registrasi dipresentasikan sebagai VT-AAA hingga VT-ZZZ (PK-AAA hinga PK-ZZZ untuk Indonesia). Di Inggris dan Negara-negara Persemakmuran (seperti India), pesawat-pesawat Douglas C-47 disebut Dakota, singkatan dari Douglas Aircraft Company Transport Aircraft.

Replika serpihan di museum adalah bagian ekor pesawat Douglas C-47 atau Dakota VT-CLA. Pesawat ini mengudara dari Singapura dan ditembak jatuh Belanda beberapa saat sebelum mendarat di Pangkalan Maguwo/Adisutjipto. Tewas dalam serangan, Adisutjipto, Abdulrachman Saleh, Adisumarmo.

Pesawat milik Biju Patnaik, pengusaha dan pilot India tersebut ditembak jatuh pada tanggal 29 Juli 1947 oleh pesawat Kittyhawk. Lokasi jatuhnya pesawat kini didirikan Monumen Perjuangan TNI AU. Aku tidak begitu yakin tetapi sepertinya Ruang Koleksi Pesawat memiliki beberapa Kittyhawk.

 

mdm_adisutjipto.jpg

KOLEKSI ADISUTJIPTO

6 Desember 2010, ruang tunggu Bandara Adisutjipto. Di seberang landasan pacu terlihat tulisan Akademi Angkatan Udara diapit Swa Bhuwana Paksa (artinya sayap tanah air) dan Pataka Akademi Angkatan Udara. Perintis AAU adalah Agustinus Adisutjipto, Bapak Penerbang Indonesia. Beliau adalah penerbang pesawat berbendera merah-putih pertama dari Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Pangkalan Udara Adisutjipto) pada tanggal 27 Oktober 1945.

Pesawat Cureng yang digunakan sekarang dikoleksi Museum Satria Mandala, Jakarta. Jika tak pernah mengunjungi Museum Dirgantara Mandala mungkin tidak pernah memperhatikan ada AAU dan Sekolah Penerbang di seberang landasan pacu. Mungkin tidak pernah ingat lagi Adisutjipto itu siapa. Memang rasanya jadi lebih aware terhadap lingkungan sekitar setelah mengunjungi museum.

 

 

 

Tanggal Terbit: 12-12-2010

 

 
  Copyright © 2009-2020 Museum Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.