Beranda

Kontak

Kontribusi

 

Tahukah Anda...

Biola W.R.Soepratman, digunakan untuk memperdengarkan musik lagu Indonesia Raya saat penutupan Kongres Pemuda II, disimpan di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta.

 

Kategori Museum

 

  Arkeologi (7)

 

  Benteng (3)

 

  Biologi (9)

 

  Geologi (4)

 

  Lain-lain (8)

 

  Militer (4)

 

  Negeri/Daerah (19)

 

  Pribadi (7)

 

  Sejarah (14)

 

  Seni (7)

 

  Tokoh (14)

 

  Transportasi (3)

   
Publikasi Terkini
 
Pencarian
 

  
Berlangganan Berita
 

  



Museum Ronggowarsito, Semarang

 

Pengantar | Komentar | Galeri Foto


RW_Situs.jpg

SITUS DR KRT RADJIMAN WEDIODININGRAT
DUKUH DIRGO, KABUPATEN NGAWI

Pohon randu alas sudah menggugurkan daunnya. Datang bersama memori kemarau tahun kemarin. Segalanya berputar kembali seperti kemarin sore saja. Diantaranya jalan-jalan sampai ke rumah Dokter Radjiman. Naik KA Sri Tanjung dari Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Hanya dua jam sudah tiba di Stasiun Walikukun, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Lalu jalan kaki ke Dukuh Dirgo. Berapa kilo gak penting tapi perjalanan itu seperti puisi.

Apa yang aku sukai dari hari di musim kemarau itu. Adalah matahari yang tak ragu. Terik pukul sepuluh sudah seperti tengah hari. Tapi langit begitu biru, tanpa awan setetes pun, dan begitu menyapa. Sehingga panas dan kering seperti just the way things are laah. Lagian pemandangan hutan jati Perhutani yang meranggas itu menambah rasa spesial. Halnya menemukan diri di lukisan musim gugur Van Gogh. Walau dengan keringat bercucuran ^_^

RW_ruang_tamu.jpg

RUANG TAMU

Situs Dr KRT Radjiman Wediodiningrat barangkali adalah bangunan tertua di Dukuh Dirgo. Dibeli oleh Dokter Radjiman (1879-1952) dari Keluarga Deuning. Bentuk rumah masih seperti dulu namun gerbang dan pagar adalah kerjaan sekarang. Begitu pula genteng rumah hasil renovasi terbaru. Sehari-hari gerbang tidak dibuka. Sebuah papan kecil tergantung di sana dengan tulisan: Tamu Hubungi 0852 3595 4755. Pintu kecil di samping gerbang memberi akses ke halaman rumah yang luas. Duduk di gazebo yang diteduhi trembesi tua menunggu penjaga rumah.

RW_Dokter_utk_Rakyat.jpg

DOKTER UNTUK RAKYAT

Di benak kita setidaknya masih nemplek bahwa Radjiman Wediodiningrat (selanjutnya disingkat RW) adalah Ketua BPUPKI. Terus...hehe gak tau lagi. Refresh yok. Begini kata Pak Dosen, Dr Saafroedin Bahar, 'Peranannya yang terpenting sebagai ketua BPUPKI adalah memberikan arah pada seluruh wacana penyusunan dasar negara, dalam arti menyetujui atau menolak usul-usul anggota.' Mmm...mantuk-mantuuk silir ^_^

Masih banyak loh sisi RW yang gak kalah keren. Beliau adalah dokter yang tidak segan merogoh kantong sendiri untuk membantu pasiennya. Seorang peminat filsafat, mendalami Timur hingga Barat. Diantara tulisannya adalah Pendahuluan Ilmu Filsafat Jawa dan Beberapa Contoh-contoh dari Wayang. Bahkan dalam kenangan sahabatnya adalah 'seorang pengenal sastra yang jarang ada tandingannya, pengagum yang penuh gairah terhadap wayang.'

Teristimewa dalam bidang pendidikan adalah personifikasi cita-cita setinggi langit. RW menyelesaikan pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (sekarang SDN Ungaran), Yogyakarta. Laah iya, wong Jogja je. Lahir di daerah Mlati. Kemudian lanjut ke Sekolah Dokter Djawa, Batavia dengan bantuan finansial dari dr Wahidin Sudirohusodo. Intermeso...tanggal, bulan, tahun lahirnya RW persis sama dengan IKK ~ Ibu Kita Kartini.

RW_basrelief.jpg

RUANG TAMU

Lulus dengan gelar Dokter Jawa, RW ditugaskan di Rumah Sakit Militer (sekarang RSPAD Gatot Subroto) yang memiliki peralatan medis mutakhir (so tahu deh kalo RW itu pinter banget). Pernah bertugas di Banyumas, Semarang, Madiun sebelum kembali ke Batavia menjabat asisten dosen sembari meneruskan studi di Stovia hingga lulus sebagai Indisch Arts (Dokter Hindia) pada tahun 1904. Setelah itu bertugas di Sragen dan Lawang. Lalu lanjut ke Universitas Amsterdam, Belanda. Lulus dengan gelar Dokter (Arts) pada tahun 1910. Kembali ke tanah air bekerja sebagai dokter Keraton Surakarta. Pensiun pada tahun 1936. Setelah dua tahun di Tretes, kemudian pindah hingga napas terakhir di Dukuh Dirgo, Desa Walikukun, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

RW_Ruang_Belakang.jpg

RUANG BELAKANG

Rumah itu sendiri tidak terlalu berubah. Setidaknya kita masih bisa mencicipi gambaran yang dikisahkan dalam biografi Dr KRT Radjiman Wediodiningrat: Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1879-1952 (Mangunwidodo, 1994), 'Di waktu sore Radjiman paling senang duduk di teras belakang rumah menghadap ke arah Gunung Lawu dan hamparan sawah, sambil minum teh. Sedang pada malam hari Beliau selalu duduk di kursi di pendopo yang mengharap ke utara, memperhatikan kerlap-kerlip kunang-kunang di hamparan sawah dan sekali-kali lewat kereta api dengan suara gemuruh dan sinar lampu yang bergerak.'

Selain adanya rumah itu sendiri juga sejumlah perabot seperti meja makan, kursi rotan, dipan, lemari, rak senjata meski tanpa label. Tergantung di dinding ruang keluarga adalah jam dinding Hima, basrelief pindahan dari RS Panti Rogo, sejumlah foto. Salah satunya berukuran besar adalah Bung Karno bersepeda bersama Fatmawati. Bukannya jika perlu akan lebih relevan memajang foto RW dan istrinya. Semestinya Situs Dr KRT Radjiman Wediodiningrat lebih fokus pada sosok, karya, pemikiran Radjiman Wediodiningrat.

Bangunan lumbung padi di sisi timur rumah yang telah direnovasi difungsikan sebagai ruang pamer yang menyajikan informasi dan foto-foto. Menurut Bapak penjaga rumah, dikerjakan oleh orang-orang dari Menteng, Jakarta.

RW_Patung.jpg

SITUS DR KRT RADJIMAN WEDIODININGRAT

Situs Dr KRT Radjiman Wediodiningrat adalah penjaga memori kita tentang seorang manusia Indonesia yang dilukiskan Dr Soetomo sebagai, 'Luar biasa dalam segala-galanya.' Sementara kita lebih mengetahui Radjiman Wediodiningrat sebagai tokoh pergerakan nasional. Dimilikinya adalah kepentingan nasional, jauh dari kepentingan partai apalagi pribadi.

Seorang manusia yang mencapai kecukupan materi lebih dari kebutuhannya tetapi suka hidup sederhana, menolong, dan mencintai sesama seperti dirinya sendiri. Manusia yang tidak hilang pemahamannya tentang hidup terdapat tujuan yang jauh lebih tinggi. 'Terdjadinja diri-pribadinja manusia jang sempurna itu harus mendjadi Tudjuan jang Tertinggi buat Peradaban,' demikian RW dalam tulisan Kebudajaan Kita dengan Perjalanan Dunia.

RW_Kemarau.jpg

KEMARAU@NGAWI

Kemarau, 2014. Matahari sudah di atas kepala. Lapar juga sudah ribut dari tadi. Tapi jalan kaki juga kembalinya. Sempat cari teduh di rumah seberang pohon-pohon kelor yang julang. Banyak buahnya. Bunganya yang putih masih sisa beberapa. Woww! tak disangka, dapat jamuan sepiring pecel dan segelas jus yang enak banget...hehe kelihatan tampang laparnya ternyata. Terima kasih. Kemurahan hati serta kebaikan ini diterima sebagai utangku kepada sesama. Teriring doa, semoga sehat dan bahagia.

 


Tanggal Terbit: 02-08-2015

 

 
  Copyright © 2009-2020 Museum Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.